mayday2000 – Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan praktik mengejutkan yang dilakukan oleh beberapa kelompok masyarakat di Eropa kuno, yaitu memakan otak musuh mereka yang tewas dalam peperangan. Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang perilaku dan kebiasaan budaya masyarakat pada masa prasejarah di benua tersebut.
Studi ini dilakukan oleh tim arkeolog dan antropolog dari berbagai universitas di Eropa, yang menganalisis sisa-sisa tulang belulang yang ditemukan di beberapa situs arkeologi di Eropa Barat. Melalui metode analisis isotop dan pengujian DNA, para peneliti dapat mengidentifikasi tanda-tanda kanibalisme yang tidak biasa, khususnya konsumsi otak manusia.
Menurut Dr. Anne Dubois, salah satu peneliti utama dari Universitas Paris, praktik ini kemungkinan besar dilakukan sebagai bagian dari ritual keagamaan atau upacara untuk menghormati musuh yang gugur. “Kami menemukan bukti bahwa otak musuh yang tewas dimakan sebagai bagian dari ritual simbolis. Ini mungkin dilakukan untuk mengasimilasi kekuatan atau pengetahuan dari individu yang dihadapi dalam pertempuran,” jelas Dr. Dubois.
Temuan ini memberikan gambaran yang lebih kompleks tentang hubungan antar kelompok masyarakat pada masa itu. Konsumsi otak mungkin dianggap sebagai cara untuk menghormati musuh yang dianggap berani atau kuat, dan bukan semata-mata tindakan kanibalistik yang dilakukan karena kelaparan.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa praktik serupa ditemukan di berbagai budaya lain di seluruh dunia, termasuk di Amerika Selatan dan Oseania. Namun, setiap budaya memiliki makna dan konteks yang berbeda dalam menjalankan praktik tersebut.
Para peneliti menekankan bahwa meskipun praktik ini mungkin tampak mengerikan dari sudut pandang modern, hal itu harus dilihat dalam konteks budaya dan waktu di mana praktik tersebut dilakukan. “Kita harus memahami bahwa masyarakat pada masa itu memiliki kepercayaan dan nilai-nilai yang sangat berbeda dari kita saat ini,” tambah Dr. Dubois.
Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah terkemuka dan diharapkan dapat memicu diskusi lebih lanjut tentang kompleksitas interaksi sosial dan budaya di masa prasejarah. Penelitian ini juga membuka peluang untuk studi lebih lanjut mengenai bagaimana praktik-praktik serupa mungkin telah mempengaruhi perkembangan budaya dan masyarakat di masa mendatang.